4 Cara Mengatasi FOMO Demi Menerapkan "No Buy Challenge 2025"

Table of Contents

FOMO merupakan singkatan dari Fear of Missing Out yang artinya rasa takut ketinggalan atau tidak mengikuti sesuatu yang dianggap penting. 

FOMO bisa terjadi ketika seseorang merasa khawatir melewatkan pengalaman, acara, atau aktivitas yang sedang terjadi di sekitarnya. 

Contoh FOMO adalah saat tiket konser Lionel Messi di Indonesia cepat habis terjual, padahal belum tentu semua yang membeli adalah fans Messi. Banyak orang mungkin ikut membeli hanya karena tidak ingin ketinggalan euforianya. 

Secara umum dan dapat dipahami, begitulah arti dan pemahaman daripada FOMO. Oke, next kita bakal bahas cara mengatasi FOMO demi 2025 ini lebih maju dan berkarya.

FOMO


Di tengah kemudahan akses informasi dan media sosial, sering kali kita merasa terdorong untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. 

FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan menjadi salah satu penyebab utama konsumsi berlebihan.

Hal ini membuat kita terjebak dalam siklus pengeluaran yang tidak terkontrol, membeli barang non-esensial hanya karena ingin mengikuti tren atau orang lain.

Namun, dengan beberapa langkah sederhana, kita bisa mengendalikan dorongan tersebut dan mengurangi pengeluaran untuk barang-barang yang tidak terlalu penting.

Berikut empat cara efektif untuk mengatasi FOMO menurut Founder Komunitas Gaya Hidup Minimalis “Lyfe with Less”, Cynthia Suci Lestari.

4 Cara Mengatasi FOMO demi Menerapkan "No Buy Challenge 2025"


1. Tren memberikan kebahagiaan sementara 

Menurutnya, kita perlu menyadari bahwa tren sifatnya itu hanya sementara, sehingga kebahagiaan memiliki barang trendy juga akan sementara. 

“Kita enggak akan tahu di tahun berikutnya barang-barang yang lagi trending sekarang akan tetap trending atau tidak,” ujarnya kepada Kompas.com.

Dengan menyadari bahwa tren sifatnya hanya sementara, seharusnya kita tidak akan terlalu sedih ketika tidak mengikuti tren. Paham kan, sekedar tau aja boleh!

2. Prioritaskan barang Timeless daripada Tren 

Sesaat Cynthia mengatakan, bahwa kita harus lebih berbahagia untuk memiliki barang yang timeless dibanding trending. 

“Usia cinta kita terhadap barang trending biasanya akan pendek, karena barang tersebut sudah tidak trending lagi akibat munculnya tren baru,” jelas Cynthia. 

Memiliki pola pikir ini, memungkinkan kita untuk menghargai nilai barang yang kita miliki secara lebih mendalam dan tidak terjebak dalam siklus konsumsi yang berlebihan.

3. Kurasi media sosial 

Ketika ingin menghindari FOMO, mengatur konten yang kita konsumsi di media sosial sangat berperan besar.

“Kurasi sosial medianya, jangan hanya mengikuti akun-akun yang menyebar racun tren,” tegasnya. Cynthia menyarankan untuk banyak mengikuti akun yang memberi edukasi tentang self improvement atau perkembangan diri. 

“Dengan itu, otak kita tidak hanya berpikir soal barang-barang baru dan trendy terus,” lanjutnya. 

4. Ambil jeda sebelum membeli sesuatu 

Sebelum belanja atau membeli sesuatu, Cynthia menyarankan untuk memberi jeda waktu dan membaca diri terlebih dahulu. 

“Terkadang, apa yang sedang trending tidak selalu sesuai dengan kriteria dan kebutuhan atau permasalahan diri kita,” jelasnya. 

Memahami kebutuhan pribadi adalah langkah penting dalam menghadapi perasaan takut tertinggal.

“Misalnya, sekarang lagi trending spray d’Alba. Tapi apakah itu sesuai untuk orang dengan kulit berminyak? Kalau enggak sesuai, berarti tidak harus dibeli,” tutup Cynthia.


Gimana menurut sobat Deras? Sudah cukup jelas kan penjelasan dari Cynthia tentang cara menghadapi FOMO buat kita anak zaman sekarang? 


Revial
Revial Saya adalah seseorang jurnalis. Saya sangat berharap agar dapat menebarkan sejuta manfaat bagi orang lain melalui informasi yang telah saya publish ini.

Post a Comment