8 Daftar Negara yang Gagal Memindahkan Ibu Kota, Termasuk Indonesia Salah Satunya?

Table of Contents

Memindahkan ibu kota negara memang bukanlah perkara yang mudah. Ada banyak pertimbangan yang sudah seharusnya dipikirkan dengan baik dan matang. 

Pemerintah harus menimbang terlebih dulu seperti kelayakan infrastruktur yang mendukung kinerja pemerintah dan masyarakat, akses jalan, jaringan komunikasi, hingga kebutuhan air bersih.

Meski ada negara yang berhasil dengan pemindahan tersebut. Namun, tak sedikit yang gagal memindahkan ibu kota, bahkan justru menimbulkan masalah baru dan kerugian besar terhadap negara.

Negara yang Gagal Memindahkan Ibu Kota


Berikut daftar negara yang gagal memindahkan ibu kota. Simak terus sampai habis!

8 Negara yang Gagal Memindahkan Ibu Kota

1. Myanmar


Pada 2001, Myanmar telah memindahkan ibu kotanya dari Yangon ke Naypyidaw. Perpindahan ibu kota tersebut pun rampung lima tahun setelahnya, serta diikuti dengan pembangunan berbagai keperluan administratif negara.

Sayangnya, perpindahan ini tidak berjalan mulus. Naypyidaw yang dulunya merupakan hamparan padang rumput kosong, kemudian dibangun ibu kota baru Myanmar.

Namun, kini ibu kota negara tersebut mendapat julukan “Kota Hantu”. Lantaran jalan raya yang membentang luas di Naypyidaw benar-benar tampak kosong. Bahkan, ditemui banyak laporan kecelakaan yang terjadi disepanjang jalan tersebut.

Tak ayal, banyak orang yang menilai perpindahan ibu kota negara ini gagal. Gimana menurut kalian? Mereka akhirnya menganggap tidak ada keseriusan pembangunan infrastruktur dan keamanan di sana.

2. Tanzania


Pada tahun 1970, Tanzania pernah memindahkan ibu kota negara dari Dar es Salaam ke Dodoma. Udah pernah dengar gak nih nama negara ini?

Melansir dari The Conversation, perpindahan ibu kota ini berawal saat masa Kolonial Jerman yang menguasai Afrika Timur. Kolonial Jerman memilih Dar es Salaam sebagai ibu kota negara sekaligus pusat pelabuhan dagang di wilayah tersebut.

Di tahun 1973, presiden pertama Tanzania, Julius Kambarage Nyerere, kemudian memindahkan ibu kotanya ke Dodoma. 

Namun, banyak pihak yang menilai bahwa pembangunan ibu kota ini terkesan terlalu terburu-buru dan dipengaruhi oleh kepentingan politik.

3. Kazakhstan


Selanjutnya, Kazakhstan juga memindahkan ibu kota negaranya dari Almaty ke Astana pada 1997. Awalnya, perpindahan tersebut dilakukan untuk meratakan pertumbuhan pendudukan yang dinilai sudah membludak.

Namun, hal itu justru membuat perekonomian negara ini menjadi terpuruk. Alhasil, banyak warga yang tidak ingin pindah ke Astana.

Di tahun 2019, ibu kota Kazakhstan itu sempat berganti nama dari Astana ke Nur-Sultan. Saat itu, pergantian ditujukan untuk menghormati Presiden Kazakhstan pertama, Nazarbayev, yang telah memimpin negara ini selama hampir tiga dekade sejak merdeka dari Uni Soviet.

Pada 2022, Presiden Kazakhstan menyetujui perubahan nama ibu kota dari Nur-Sultan kembali ke Astana.

4. Nigeria


Nigeria menjadi salah satu negara di Afrika bagian barat yang pernah memindahkan ibu kota dari Lagos ke Abuja. 

Perpindahan itu terjadi pada 1914, serta dilakukan pada masa pemerintahan Jenderal Murtala R. Mohammed. Wacana tersebut tercetus usai melihat kawasan Abuja yang dianggap lebih netral terhadap banyak kelompok etnis dan agama.

Namun sayangnya, perpindahan ibu kota justru membuat kemiskinan di negara tersebut semakin memburuk dan meluas ke berbagai penjuru Nigeria. Banyak pihak yang akhirnya menilai perpindahan tersebut sebagai sebuah kegagalan yang ekstrem.

5. Malaysia


Ada tetangga Indonesia juga lho, yaitu Malaysia. Malaysia pernah berencana untuk memindahkan ibu kota negara dari Kuala Lumpur ke Putrajaya. 

Perpindahan ibu kota ke Putrajaya sebagai kota administratif pemerintahan Malaysia direncanakan pada 1999. Tujuan awalnya untuk pemerataan pembangunan dan populasi di negara tersebut.

Sayangnya, pegawai pemerintah justru enggan tinggal di kota tersebut dengan alasan tidak ingin tinggal jauh dari sanak saudara. 

Alhasil, pemindahan ibu kota Malaysia menjadi salah satu yang tidak efektif untuk tujuan menyeimbangkan populasi dan pertumbuhan ekonomi.

6. Korea Selatan


Pada tahun 2002, pemenang pemilihan presiden saat itu, Roh Moo-hyun, membuat kebijakan dengan memindahkan beberapa fungsi pemerintahan dari Seoul ke wilayah Sejong. Salah satu alasannya karena lokasi kota Seoul yang terlalu dekat dengan Korea Utara, serta kerap terjadi kemacetan.

Sejumlah kantor dan kementerian utama secara bertahap akan dipindah ke sana. Namun, banyak pegawai pemerintah yang justru menolak untuk direlokasi dengan alasan tidak bersedia melakukan commuting setiap minggunya ke Seoul. 

Apalagi mereka harus menempuh perjalanan dengan jarak kurang lebih satu jam menggunakan kereta cepat dari Seoul ke Sejong.

Alhasil, relokasi dengan angan-angan dapat meningkatkan populasi dan pengembangan wilayah mendapat penilaian gagal dari masyarakat. 

Mereka menilai Sejong adalah kota yang “tidak berjiwa”. Apalagi kehidupan sosial masyarakat Korea Selatan, hampir sebagian besar dilakukan di Seoul.

7. Australia


Siapa sangka perpindahan ibu kota Australia dari Sydney ke Canberra juga tidak berjalan semulus itu loh, sobat Deras! 

Berdasarkan pengamatan dari seorang pakar politik dan perencanaan kota Universitas Melbourne, Profesor Michele Acuto, kekuatan ekonomi Australia setelah melakukan perpindahan ibu kota terlihat tetap terpisah dari pusat kekuasaan politik di Canberra.

Selain itu, letak Canberra yang berada di pedalaman dan kini menjadi rumah bagi Gedung Parlemen dan Pengadilan Tinggi Australia, serta kantor pusat bagi semua departemen pemerintahan federal dan militer disebut sebagai salah satu kesalahan terbesar negara Australia.

Lantas, Bagaimana dengan Indonesia?


Sejak awal diusulkan, rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur menuai banyak tanggapan dari kalangan politisi hingga khalayak umum, baik yang pro maupun kontra. 

Proyek ambisius pemerintahan ini dinilai belum matang sepenuhnya, terutama dari segi pembangunan.

Alih-alih menciptakan ibu kota baru dengan harapan dapat menarik lebih banyak investor asing, meningkatkan daya saing ekonomi nasional, hingga menciptakan ribuan lapangan kerja baru, rasanya hanya menjadi angan-angan semata.

Wacana pemindahan IKN yang terus ditunda pun, kini menimbulkan pertanyaan di masyarakat. Apakah mega proyek IKN bakal mangkrak? 

Akankah, Indonesia menambah panjang daftar negara yang gagal memindahkan ibu kota baru lantaran dinilai meleset jauh dari perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya? We never know, ya, Sobat Deras…

Revial
Revial Saya adalah seseorang jurnalis. Saya sangat berharap agar dapat menebarkan sejuta manfaat bagi orang lain melalui informasi yang telah saya publish ini.

Post a Comment