Debat dengan Aura Cinta Soal Perpisahan Sekolah, Dedi Mulyadi: Anda Miskin, Jangan Sok Kaya!

Table of Contents

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terlibat perdebatan dengan seorang remaja wanita lulusan SMA asal Bekasi, Jabar, bernama Aura Cinta dalam sebuah pertemuan. 

Video pertemuan ini diunggah melalui akun YouTube resmi Dedi Mulyadi pada 26 April 2025.

Aura hadir bersama ibunya dan sejumlah warga lain, yang merupakan korban penggusuran rumah di bantaran Sungai Bekasi.

Aura Cinta Dedi Mulyadi 


Nama Aura Cinta mendadak viral di media sosial usai videonya berdebat dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, viral dan tersebar luas di media sosial. Keduanya diketahui berdebat soal larangan wisuda untuk sekolah yang baru saja diterapkan oleh pemerintah.

Tanpa berlama-lama lagi, yuk kita bahas info menariknya!

Info Menarik Aura Cinta dan Dedi Mulyadi 

1. Percakapan Aura Cinta dan Dedi Mulyadi 

Dalam dialog itu, Aura mempersoalkan kebijakan pelarangan acara perpisahan sekolah yang diterapkan oleh pemerintah daerah.

"Enggak juga sih, Pak. saya ngerasa udah lulus. Kalau gak ada perpisahan, kita tuh gak bisa ngumpul bareng atau ngerasin interaktif sama teman gitu," ujar Aura. 

Aura menilai, wisuda atau acara perpisahan tetap penting sebagai bentuk kenangan bersama teman-teman, meski dengan biaya yang minimal.

Namun Dedi menegaskan, kebijakan melarang perpisahan dan study tour diberlakukan untuk meringankan beban orangtua siswa. 

Ia menyebutkan bahwa wisuda seharusnya hanya dilakukan di tingkat perguruan tinggi, bukan di TK, SMP, atau SMA. 

"Rumahnya di bantaran kali, tapi sekolah mau gaya-gayaan ada wisuda. Rumah aja nggak punya," kata Dedi. 

Dalam perdebatan tersebut, Aura menyampaikan bahwa perpisahan di sekolahnya, SMAN 1 Cikarang Utama, hanya dikenakan biaya sekitar Rp 1 juta. 

Ibunya pun mengaku setuju membayar demi membangun mental anak, meski Dedi menilai hal tersebut membebani keluarga yang secara ekonomi belum mapan.

2. Dedi Mulyadi memberikan nasihat 

Dedi mengingatkan, fokus utama seharusnya adalah menghemat pengeluaran untuk masa depan, bukan untuk keperluan seremonial. 

Ia juga menyoroti bahwa warga yang tinggal di bantaran sungai seharusnya lebih mengutamakan kebutuhan dasar seperti tempat tinggal daripada biaya perpisahan sekolah. 

"Kalau demi anak, jangan tinggal di bantaran sungai," tegas Dedi. 

3. Aura Cinta tetap kekeh saat diberi masukan yang baik

Namun, Aura tetap kekeh bahwa perpisahan harus dilakukan. 

"Enggak gitu, Pak. kan saya waktu dibikin video Tiktok itu kan captionnya bukan untuk meminta kerohiman atau apa pun, saya cuma minta keadilan aja," ujar Aura.

"Waktu digusur itu gak ada musyawarah, cuma ada Satpol PP datang," ujar Aura menjelaskan terkait rumahnya yang dirobohkan.

Dedi kemudian bertanya bagaimana jika negara meminta agar Aura membayar uang sewa di tanah yang mereka tempati. 

"Saya balik, tinggal di tanah orang lain harus bayar gak sama yang punya tanah? Kalau saya balik nuntut, pemdanya nya minta tagihan dihitung beberapa tahun ke belakang bayar tiap tahun," ujar Dedi. 

"Bapak kan bisa lihat dulu latar belakang saya, saya miskin atau gak, mampu bayar atau enggak," ujar Aura. 

"Kamu miskin gak?" tanya Dedi. "Iya, saya mengakui," ujar Aura. 

"Kenapa miskin pengen hidup bergaya, sekolah harus ada perpisahan? kan kamu merasa miskin. kenapa orang miskin gak merasa prihatin?" ujar Dedi.

Aura kembali menegaskan bahwa dia tidak menolak kebijakan melarang perpisahan, tapi dia ingin perpisahan tetap diperbolehkan asal dengan biaya yang kecil. 

"Apa pun itu saya mendukung, cuma jangan dihapus, Pak, gak semuanya bisa terima. Terus kalau wisuda dihapus, dan bapak juga minta pajak saya, saya miskin," ujar Aura.

"Bukan minta pajak, saya balik, Anda miskin, tapi jangan sok kaya. Orang miskin itu prihatin membangun masa depan. Seluruh pengeluaran ditekan, digunakan untuk masa depan, bisnis, pengembangan mandiri, lah ini rumah gak punya, tinggal di bantarang sungai," ujar Dedi. 

4. Dedi Mulyadi memberikan solusi atas permasalahan ini 

Dalam forum tersebut, mayoritas warga menyatakan setuju dengan kebijakan penghapusan acara wisuda dan study tour karena alasan keadilan dan keringanan biaya. 

Dedi tetap menawarkan solusi, yaitu membolehkan siswa mengadakan acara perpisahan secara mandiri tanpa melibatkan sekolah, agar tidak ada pungutan resmi yang membebani orangtua maupun sekolah. 

"Bikin aja sendiri, kumpul-kumpul teman, tapi jangan melibatkan sekolah," ujar Dedi.


Revial
Revial Saya adalah seseorang jurnalis. Saya sangat berharap agar dapat menebarkan sejuta manfaat bagi orang lain melalui informasi yang telah saya publish ini.

Post a Comment