Dedi Mulyadi Klarifikasi soal Vasektomi Jadi Syarat Penerima Bansos, Apa Sih Vasektomi Itu? Yuk Cari Tau!

Table of Contents

GUBERNUR Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkapkan rencananya menjadikan vasektomi atau Keluarga Berencana (KB) pria sebagai syarat untuk menerima bantuan sosial atau bansos. 

Dedi menyampaikan rencana kebijakan itu setelah rapat koordinasi di ruang Edelweis lantai 5 Gedung Balai Kota Depok pada Selasa, 29 April 2025.

Namun usulan kebijakan Dedi itu menuai kritik publik. Berbagai kalangan menyatakan usulan itu melanggar hak asasi manusia dan diskriminatif bagi kelompok masyarakat miskin.

Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat mengatakan sterilisasi pada pria atau vasektomi tidak diperbolehkan atau haram dalam pandangan Islam karena dianggap sebagai tindakan pemandulan yang permanen.

Dedi Mulyadi: Vasektomi 


Isu vasektomi menjadi syarat bansos mencuat dari pernyatan Dedi Mulyadi dalam rapat koordinasi Pemprov Jabar di Gedung Balai Kota Depok.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan pihaknya tidak akan menjadikan program keluarga berencana atau KB, khususnya vasektomi, sebagai syarat masyarakat miskin mendapatkan bantuan sosial (bansos).

Tanpa berlama-lama lagi, yuk kita bahas tuntas info menariknya!

Info Terkini Dedi Mulyadi Terhadap Program Vasektomi 


1. Program Vasektomi menurut kang Dedi Mulyadi 

Menurut dia, apa yang pernah disampaikan di media sosial merupakan bentuk seruan dan anjuran saja. Dia juga mengatakan KB yang dimaksud tidak harus vasektomi, bisa pengaman ataupun pencegah kehamilan lain yang bisa digunakan oleh laki-laki.

"Tidak ada kebijakan itu," kata Dedi. "Bisa dilihat di media sosial saya. Saya mengatakan penerima bantuan yang anaknya banyak diharapkan berkeluarga berencana dan kalau bisa laki-laki," ucapnya di Jakarta, Kamis, 8 Mei 2025.

Isu vasektomi menjadi syarat bansos mencuat dari pernyatan Dedi Mulyadi dalam rapat koordinasi Pemprov Jabar di Gedung Balai Kota Depok, Selasa, 29 April 2025. 

Dalam kesempatan tersebut, Dedi menyampaikan rencana mengharuskan penerima bansos melakukan vasektomi terlebih dahulu. Bahkan, ia mengusulkan warga yang bersedia vasektomi akan diberi insentif Rp 500 ribu.

Saat itu, Dedi mengaku sering dimintai tolong orang untuk membantu biaya kelahiran yang angkanya mencapai Rp 25 juta. Menurut dia, banyak orang tua yang belum bisa bertanggung jawab atas kehamilan, kelahiran dan pendidikan anak-anaknya.

"Nah, kalau orang tidak punya kemampuan untuk membiayai kelahiran, membiayai kehamilan, membiayai pendidikan, ya jangan dulu ingin menjadi orang tua dong," kata dia. 

Menurut Dedi, pendekatan ini akan diberlakukan pada berbagai jenis bantuan, seperti subsidi biaya rumah sakit, kelahiran, listrik, pangan non-tunai, beasiswa, dan lainnya. 

Ia menekankan pentingnya partisipasi pria dalam program Keluarga Berencana, sebagai bentuk tanggung jawab keluarga yang tidak hanya dibebankan pada perempuan.

"Saya harapkan suaminya atau ayahnya yang ber-KB, sebagai bentuk tanda tanggung jawab terhadap diri dan keluarganya. Jangan terus-terusan dibebankan pada perempuan gitu loh," katanya.

2. Ramai mengkritik terhadap kebijakan Vasektomi Dedi Mulyadi

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Atnike Nova Sigiro menyarankan Dedi Mulyadi tidak menjalankan rencananya. Atnike mengatakan apa yang dilakukan seseorang atas tubuhnya merupakan hak asasi manusia.

“Itu privasi ya,” kata Atnike ditemui usai acara di kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 2 Februari 2025. “Penghukuman badan yang seperti itu sebetulnya bagian yang ditentang di dalam diskursus hak asasi.”

Menurut Atnike, pemaksaan dalam program KB yang ada saja sudah merupakan bentuk pelanggaran HAM. “Apalagi itu dipertukarkan dengan bantuan sosial. Itu otoritas tubuh ya,” katanya.

Adapun Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menyebutkan wacana menjadikan vasektomi sebagai syarat bansos tidak tepat. 

Pendiri dan Chief Executive Officer CISDI Diah Satyani Saminarsih mengatakan, jika wacana itu dilanjutkan, maka bisa dianggap sebagai kebijakan yang tidak bijak. Sebab, Diah melihat ada aspek diskriminasi terhadap masyarakat miskin.

“Kalau fungsinya untuk spesifik mengontrol masyarakat miskin, artinya ada diskriminasi bahwa yang wajib vasektomi adalah laki-laki yang sudah berkeluarga yang masuk kategori masyarakat miskin,” ujar Diah kepada Tempo pada Senin, 5 Mei 2025.

Padahal, kata Diah, vasektomi merupakan alat kontrasepsi pada umumnya yang boleh dipakai laki-laki dari kelas sosial ekonomi mana pun. “Jadi kalau gunanya untuk mengontrol kemiskinan, ya rasanya enggak tepat ya,” ucapnya. 

Sehingga, bila Dedi Mulyadi memaksakan vasektomi sebagai syarat bansos, maka dia dinilai melakukan diskriminasi ganda, yaitu sosial dan ekonomi. 

Menurut Diah, vasektomi bisa tetap digunakan sebagai KB tapi bukan dengan tujuan untuk mengontrol kemiskinan, karena pemerintah tidak lagi membatasi jumlah anak dalam sebuah keluarga sebagaimana saat Orde Baru.

Dia mengingatkan, sejak reformasi, pemerintah hanya mengimbau dua anak cukup.

3. Dedi Mulyadi klarifikasi soal Vasektomi jadi syarat Bansos

Namun, belakangan, Dedi Mulyadi mengatakan pihaknya tidak akan menjadikan program keluarga berencana atau KB, khususnya vasektomi, sebagai syarat masyarakat miskin mendapatkan bansos.

Menurut dia, apa yang pernah disampaikan di media sosial merupakan bentuk seruan dan anjuran saja. Dia juga mengatakan KB yang dimaksud tidak harus vasektomi, bisa pengaman ataupun pencegah kehamilan lain yang bisa digunakan oleh laki-laki. 

"Tidak ada kebijakan itu," kata Dedi. "Bisa dilihat di media sosial saya. Saya mengatakan penerima bantuan yang anaknya banyak diharapkan berkeluarga berencana dan kalau bisa laki-laki," ucapnya di Jakarta, Kamis, 8 Mei 2025.

4. Vasektomi itu apa sih?

Melansir dari laman Siloam, vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi permanen yang diperuntukkan bagi pria.

Prosedur ini dilakukan dengan cara memutus saluran sperma atau vas deferens, yaitu saluran yang menghubungkan testis dengan uretra.

Dengan cara ini, sperma tidak lagi tercampur dalam cairan ejakulasi saat pria mengalami orgasme, sehingga kehamilan dapat dicegah.

Meskipun tergolong sebagai prosedur yang bersifat permanen, vasektomi tidak memengaruhi kemampuan pria dalam mencapai orgasme atau ejakulasi.  

Air mani yang dikeluarkan setelah vasektomi tetap tampak normal, hanya saja tidak mengandung sperma yang dapat membuahi sel telur.


Revial
Revial Saya adalah seseorang jurnalis. Saya sangat berharap agar dapat menebarkan sejuta manfaat bagi orang lain melalui informasi yang telah saya publish ini.

Post a Comment