Warga Bekasi Laporkan Dedi Mulyadi ke Komnas HAM Gegara Program Barak Militer Untuk Anak Nakal

Table of Contents

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengusulkan agar pelaku pencurian dengan nilai kerugian kurang dari Rp10 juta tidak dihukum penjara. 

Alih-alih memberi hukuman kurungan, Dedi usul pelaku kasus penucurian kecil ini menjalani pembinaan di barak militer.

Gagasan ini disampaikan Dedi saat melantik pengurus komunitas adat Danghyang Rundayan Talaga di Kecamatan Talaga, Kabupaten Majalengka, Senin (12/5/2025).

Dia menegaskan, pengiriman ke barak militer tetap harus melalui proses hukum dengan prinsip restorative justice.

Dedi Mulyadi: Barak Militer 


Menurut Dedi, pendekatan ini (mengirim anak nakal ke Barak Militer) bertujuan memangkas biaya penanganan hukum yang kerap lebih besar ketimbang nilai barang curian.

Pastinya mau tau lebih lanjut kan mengenai hal ini? Yuk ikuti terus artikel ini sampai habis!

Info Terkini Dedi Mulyadi: Barak Militer 

1. Seorang warga Bekasi melaporkan Dedi Mulyadi ke Komnas HAM 


Adhel Setiawan, seorang wali murid asal Babelan, Kabupaten Bekasi, melaporkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, terkait program mengirim anak nakal ke barak militer.

Adhel menilai, kebijakan tersebut merupakan suatu sikap pemerintah yang putus asa dalam menghadapi kenakalan anak.

"Saya melihat kebijakan KDM ini adalah kebijakan putus asa sebetulnya mereka ini. Dan orang tua yang menyerahkan anaknya ke militer, ini sebetulnya kebijakan putus asa, karena sudah tidak sanggup lagi menangani, dalam tanda kutip ya, kenakalan anak-anaknya, nggak sanggup lagi, akhirnya ya sudah, militer saja," kata Adhel saat ditemui wartawan, Senin (9/5/2025).

Menurut Adhel, kebijakan mengirim anak-anak yang dianggap nakal ke barak militer tidak akan menjadi solusi untuk mengatasi persoalan perilaku anak.

Seharusnya, lembaga pendidikan maupun pemerintah membuka ruang dialog untuk anak-anak bermasalah, agar dapat diketahui apa sebenarny yang diinginkan dari para anak-anak ini.

"Tujuan pendidikan itu kan dalam rangka memanusiakan manusia. Seharusnya anak-anak nakal itu diajak bicara, didengarkan apa kemauan mereka, terus apa masalahnya, terus kenapa mereka berbuat seperti itu,"

"Nah, ini kan tugas orang tua dan guru, bukan tugas militer. Enggak ada satupun pasal undang-undang payung hukum yang memberikan kewenangan militer untuk menangani atau menyelesaikan permasalahan perilaku anak," tegasnya.

Selain itu, Adhel mengatakan mengirim anak nakal ke barak militer tidak akan menjamin keberhasilan pembentukan karakter.

Apalagi kata Adhel, hingga saat ini belum diketahui secara jelas bagaimana metode pendidikan yang diterapkan dalam barak militer terhadap anak-anak.

"Enggak ada satupun jaminan bahwa dengan dimasukkan ke Barak, perilaku anak itu akan menjadi baik setelah keluar dari Barak. Apalagi kita nggak tahu nih, kurikulumnya apa, terus materinya apa, metode pelatihannya seperti apa, terus yang memberikan trainernya siapa, kita kan nggak tahu, ini gelap semua," ujarnya.

2. Program Dedi Mulyadi ini udah mulai berjalan 

Adapun, program Dedi Mulyadi terkait pendidikan karakter ala militer bagi siswa bermasalah mulai direalisasikan sejak Kamis, 1 Mei 2025.

Dua waliyah pertama yang menjalankan program ini di antaranya Purwakarta dan Bandung.

3. Komentar Kak Seto, selaku pemerhati anak soal siswa nakal kirim ke Barak Militer 

Pemerhati anak Seto Mulyadi alias Kak Seto beri komentar soal fenomena di media sosial yang menunjukan anak-anak takut dijemput oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi jika tidak patuh dengan orang tua.

Ketakutan itu muncul usai anak ditunjukkan video Dedi Mulyadi yang memperingatkan akan membawa anak ke barak militer bila bersikap nakal. Kak Seto menegaskan bahwa fenomena itu seharusnya tidak boleh terjadi.

"Menurut saya tidak benar. Karena bagaimana juga kan mendidik itu bukan membidik, mengajar bukan menghajar,"

"Jadi tidak dengan cara kekerasan, tidak dengan ancaman. Dan pendidikan itu maknanya menumbuhkan potensi anak. Menumbuhkan potensi anak yang saling berbeda," kata Kak Seto kepada Suara.com saat dihubungi pada Jumat (9/5/2025).

Kak Seto menekankan bahwa pendekatan kekerasan atau menakut-nakuti anak justru bisa berdampak buruk pada tumbuh kembang psikologis anak. 

Alih-alih menjadi disiplin, anak justru berpotensi mengalami trauma dan menarik diri dari lingkungan sosial.

"Jangan sampai pendidikan itu ada unsur paksaan, ancaman, seolah anak hanya robot saja. Anak adalah subyek yang mempunyai potensi yang akan berkembang," ujarnya.

Kak Seto juga mengingatkan pentingnya peran orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga. Pendidikan yang paling berpengaruh justru terjadi di rumah, bukan hanya di sekolah. 

Dengan menjadi sahabat anak, orang tua bisa menciptakan ruang yang aman dan penuh kasih, sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan sehat secara emosional.

"Tidak dengan cara kekerasan. Dengan cara kekerasan anak justru akan lari antara fight atau flight," pungkasnya.


Revial
Revial Saya adalah seseorang jurnalis. Saya sangat berharap agar dapat menebarkan sejuta manfaat bagi orang lain melalui informasi yang telah saya publish ini.

Post a Comment